Ketitang.id: Tahun ajaran baru menjadikan sebagian orang tua berlomba-lomba memilih sekolah yang dianggapnya terbaik untuk melanjutkan pendidikan putra-putri mereka. Tidak sedikit dari mereka memilih pondok pesantren karena kompleksitas pengajaran di dalamnya, mulai dari sisi ilmu pengetahuan hingga pembentukan karakter dan akhlak.
Yang perlu dipahami, tidak setiap pesantren memiliki konsenstrasi pengajaran yang sama. Tiap-tiap pondok pesantren lazimnya mempunyai penekanan dalam cabang studi tertentu hingga melahirkan keunggulan yang berbeda-beda.
Ketua Majelis Riayah Santri Pondok Pesantren Ketitang Cirebon, Jawa Barat, Kang Yoyon S. Adnan Amin mengatakan, pesantren di Indonesia cenderung terbagi dalam beberapa jenis. Ada pesantren salaf yang memiliki kekhususan dalam mempelajari literatur-literatur klasik atau kitab kuning, terutama dalam bidang ilmu fikih. Ada pesantren tahfiz tempat para santri menghafal Al-Qur’an. Ada juga jenis pesantren modern yang menyatukan kurikulum formal dan pengajian dengan keunggulan pembelajaran di bidang penggunaan bahasa asing, seperti Bahasa Arab dan Inggris.
“Tetapi ada juga pesantren yang berupaya mengolaborasikan semuanya. Salah satunya seperti yang diterapkan di Pondok Pesantren Ketitang,” katanya, Ahad, 3 Maret 2024.
Menurut Kang Yoyon, setidaknya ada lima keunggulan yang dimiliki Pondok Pesantren Ketitang Cirebon. Yakni:
Pesantren 3in1+
Pondok Pesantren Ketitang memformulasikan sistem pengajaran dari tiga pondok pesantren besar.
“Kami membuka takhasus (kelas khusus) tahfiz (penghafal) Al-Qur’an yang sistemnya kami ambil dari Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an (BUQ) Demak, Jawa Tengah, kemudian tahsinul Qur’an (pembenahan bacaan yang baik dan benar) dari Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon, serta pengajaran kitab kuning ala Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut Kang Yoyon, Pondok Pesantren Ketitang juga mengadopsi kurikulum dari Kementerian Agama (Kemenag) melalui kelas pendidikan formal.
“Karena kami juga menyediakan madrasah formal mulai dari PAUD, RA, MD, dan MI yang memakai kurikulum dari Kemenag. Itu makanya orang-orang biasa menyebut kami dengan Pesantren 3in1 plus,” katanya.
Tahfiz, kitab kuning, dan dai
Keunggulan berikutnya, kata Ustaz Yoyon, adalah pengarus utamaan pendidikan tahfiz bagi santri yang ingin menjadi penghafal Al-Qur’an dan pembelajaran kitab kuning.
“Kami mencita-citakan setiap lulusan bisa membaca kitab kuning sedari dini. Di sini juga setiap santri diajarkan menjadi dai yang baik melalui rutinitas pembelajaran khitabah (berpidato),” katanya.
Ramah anak
Pondok Pesantren Ketitang yang telah dipercaya menjadi tuan rumah deklarasi Jaringan Pondok Pesantren Ramah Anak (JPPRA) pada Juni 2023 lalu kian menguatkan keunggulannya sebagai lembaga pendidikan yang sangat mengutamakan perlindungan dan pengayoman terhadap santri anak-anak.
Menurut Kang Yoyon, pesantrennya bertekad mengutamakan sistem kekeluargaan yang hangat sehingga mendekatkan hubungan santri dengan para pengajarnya.
“Kami berusaha mencegah terjadinya tindak kekerasan terhadap anak dengan dalih kedisiplinan dan pengajaran. Pondok Pesantren Ketitang sadar betul bahwa proses transformasi keilmuan sudah harus dilakukan dengan cara-cara yang lembut, hangat, dan ramah anak,” katanya.
Asri dan terjaga
Pondok Pesantren Ketitang yang berjarak kurang lebih 8 kilometer arah timur dari pusat Kota Cirebon menjadikannya tetap asri, rindang, dan memiliki kualitas udara yang segar tanpa terganggu polusi.
“Beberapa ruang yang dibangun pun sengaja tetap mempertahankan nuansa hijau dan asri. Pepohonan yang dipertahankan untuk senantiasa rindang juga dilakukan demi menjaga kesehatan para santri,” kata Kang Yoyon.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Ketitang, KH Ahmad Zuhri Adnan menjelaskan, posisi yang berjarak dengan pusat kota tersebut tidak hanya menghadirkan keunggulan dari segi lingkungan secara fisik, akan tetapi juga berupaya menjaga para santri dari kontaminasi pergaulan dari dunia luar.
“Dengan seperti ini, penempaan akhlak bagi para santri akan lebih mudah dan terjaga. Ditambah lagi, keasrian lingkungan juga kami yakini membuat konsenstrasi pembelajaran anak-anak meningkat,” kata Ayah Zuhri, sapaan akrabnya.
Kerap dikunjungi tokoh nasional
Meskipun berjarak cukup jauh dari pusat kota, Ayah Zuhri menyebut Pondok Pesantren Ketitang kerap menjadi tujuan silaturahmi para tokoh nasional, terutama saat momentum peringatan haul dan haflah imtihan yang digelar secara rutin di setiap tahunnya.
Pondok Pesantren Ketitang pernah dikunjungi ulama kharismatik sekaligus Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2000-2010, KH A. Hasyim Muzadi (2010), Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Ir. H. Helmy Faisal Zaeni (2011), putri sulung Presiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa Qotrunnada Wahid, maupun Ketua Umum PBNU Periode 2010-2020, KH Said Aqil Siroj.
“Pada peringatan haul dan imtihan tahun lalu, kami juga kedatangan Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau Kak Seto untuk betinteraksi langsung dengan para santri di sini,” kata Ayah Zuhri.
Informasi lebih lengkap dan akses pendaftaran santri baru, bisa didapatkan dengan mengirimkan pesan pertanyaam ke nomor +62 857-5912-1352.