Ketitang.id: Dewan Pengasuh Pondok Pesantren KHAS Putri Kempek, Cirebon, Ny. Hj. Tho’atillah Ja’far, mengingatkan agar para santri putri memiliki semangat yang tidak kalah dengan santri laki-laki.
“Jangan minder menjadi santri putri. Harus tetap semangat, tegas, berdaya, jangan klemar-klemer (lemas) dan jauhkan diri dari angan-angan berlebihan. Luapkan semuanya untuk giat belajar demi tercapainya cita-cita sebagai manusia mulia,” katanya, saat menyampaikan tausiah dalam acara Khatmi Al-Qur’an dan Juz ‘Amma, sebagai bagian dari rangkaian Peringatan Haul KH Salwa Yasin, KH Asror Hasan, dan KM. Adnan Amin Asror, serta Haflah Imtihan Ke-45 di Pondok Pesantren Ketitang Cirebon, pada Jumat, 28 Juni 2024 lalu.
Nabi Muhammad Saw, lanjut Nyai Tho’ah, tidak pernah membeda-bedakan peran dan tanggung jawab para sahabatnya hanya berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki maupun perempuan, diberikan pengakuan yang setara.
“Ada salah seorang sahabat perempuan Nabi Saw, bernama Asy-Syifa binti Abdullah. Nama lengkapnya, Laila binti Abdullah. Julukan ‘Asy-Syifa’ yang berarti ‘perawat atu dokter’ itu muncul lantaran dia memiliki kemahiran dan konsentrasi di bidang kedokteran. Di samping itu, perempuan tersebut juga dikenal sangat cerdas dan termasuk orang-orang pertama yang memiliki kemahiran menulis dan membaca sejak zaman Jahiliyah,” jelas Nyai Tho’ah.
Menurut Nyai Tho’ah, Rasulullah Saw juga kerap meminta Asy-Syifa agar memanfaatkan kecerdasannya itu untuk mengajari para sahabat lainnya.
Asy-Syifa berkata:
دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا عِنْدَ حَفْصَةَ فَقَالَ لِي أَلَا تُعَلِّمِينَ هَذِهِ رُقْيَةَ النَّمْلَةِ كَمَا عَلَّمْتِيهَا الْكِتَابَةَ
“Rasulullah Saw pernah menemuiku, sementara aku sedang berada di rumah Hafshah. Lalu beliau berkata kepadaku, ‘Tidakkah engkau ajari (ajarilah) dia jampi (ruqyah) namlah sebagaimana engkau mengajarinya menulis?” (HR. Abu Dawud).
“Kecerdasan Asy-Syifa tidak diperoleh tiba-tiba. Tetapi dia memang dikenal sebagai perempuan yang getol mencari ilmu sejak belia. Kegemaran dan semangat Asy-Syifa dalam menuntut ilmu itu juga tercermin dari karakternya yang tegas, gesit, dan pantang menyerah,” katanya.
Nyai Tho’ah berkisah, suatu hari, Asy-Syifa melihat ada segerombolan pemuda yang berjalan santai dan bersuara pelan. Lalu ia bertanya, “Apa ini?”
Mereka menjawab, “Begitulah ahli ibadah.”
Namun, hal itu ditentang oleh Asy-Syifa. Katanya, “Demi Allah, Umar bin Khattab adalah orang yang apabila berbicara suaranya terdengar jelas, bila berjalan melangkah dengan cepat, dan bila memukul lawan sangat mematikan.”
“Artinya, Asy-Syifa sangat mewanti-wanti agar jangan sampai dalil tawadlu, sopan santun, dan sejenisnya malah menjadi dalih untuk bermalas-malasan. Misalnya, ‘Saya sih enggak pengen ranking satu, karena takut ria.’ Padahal, itu alasan untuk tidak rajin belajar. Jangan!” katanya.