Ketitang.id: Ulama terkemuka, KH Dr. Husein Muhammad mengapresiasi segenap terobosan yang telah dilakukan Pondok Pesantren (Ponpes) Ketitang Cirebon.
Di antaranya, sosok yang lebih masyhur disapa Buya Husein itu memuji niat dan ikhtiar Ponpes Ketitang dalam mendorong pencegahan kekerasan anak di ruang pendidikan. Termasuk dengan turut mendukung berdirinya Jaringan Pondok Pesantren Ramah Anak (JPPRA).
“Pesantren Ketitang, meski berada di ujung desa, tapi aktivitas dan kegiatannya luar biasa. Bahkan, bisa mendatangkan atau didatangi tokoh-tokoh nasional,” kata Buya Husein, saat menjadi pembicara kunci dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Pencegahan Kekerasan Anak di Pesantren bertema ‘Santri Merdeka, Indonesia Digdaya,’ yang diselenggarakan JPPRA dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) di Pondok Pesantren Ketitang Cirebon, Jumat, 23 Agustus 2024.
“Saya ingin menyampaikan kekaguman luar biasa terhadap pesantren (Ketitang) ini,” tambahnya.
Baca: Menteri PPPA Apresiasi Gagasan Ramah Anak Ponpes Ketitang
Selanjutnya, Buya Husein menegaskan, ikhtiar membangun ruang pendidikan yang ramah anak tidak bisa hanya mengandalkan setumpuk peraturan. Tetapi, semua pihak wajib kompak terlibat untuk mencari akar penyebab yang dinilai paling mendasar.
“Saya kira, kita tidak bisa menyelesaikan persoalaan ini dari sekadar aturan. Tetapi yang paling mendasar adalah kita menjadi akar dari persoalan, yakni relasi kuasa,” katanya.
Pasalnya, lanjut Buya Husein, tindak kekerasan, baik terhadap perempuan maupun anak bisa terjadi di segala ruang dan waktu serta dilakukan oleh orang tanpa melihat identitas.
Buya Husein menjelaskan, sama seperti yang banyak dialami perempuan, faktor tindak kekerasan berpotensi muncul dari pemahaman yang keliru terhadap tiga kekuatan dalam kehidupan.
“Di dunia ini ada tiga kekuatan raksasa. Yaitu, adat dan tradisi, hukum negara, serta cara pandang keagamaan,” katanya.
“Kalau kita tidak bijak dalam menerjemahkan tiga hal itu, maka aturan-aturan yang kita ciptakan justru bernilai diskriminasi dan subordinasi, hingga tak menutup kemungkinan berbuah tindak kekerasan,” lanjut Buya Husein.
Pesantren benteng moral
Sementara itu, Pengasuh Ponpes Ketitang Cirebon, KH Ahmad Zuhri Adnan, dalam sambutannya menegaskan, pesantren merupakan benteng moral. Pesantren adalah masa depan Indonesia.
“Maka, pas jika tema FGD ini adalah ‘Santri merdeka, Indonesia digdaya,” katanya.
Meski begitu, Ayah Zuhri, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa para orang tua wali yang menitipkan anak-anaknya ke pesantren tidak melulu menggambarkan sumber daya yang mapan dalam segala hal. Oleh karena itu, para pengelola pesantren mestinya bisa berlaku sabar dalam membimbing mereka meraih impian di masa depan.
“Di pesantren, santri yang datang rupa-rupa. Ada yang memang keadaan ekonomi orang tuanya terbatas, tanggung jawab pengasuhan dan pendidikannya yang tidak bisa tertangani karena, misalnya, sibuk bekerja di luar negeri sebagai pekerja migran, atau memang dengan latar belakang dan problematika yang beragam lainnya,” kata Ayah Zuhri.
Di tengah tanggung jawab yang besar itulah, maka, menurut Ayah Zuhri, Ponpes Ketitang selalu berusaha untuk memberikan persembahan yang terbaik bagi masyarakat secara keseluruhan, terutama para wali murid.
“Sehingga kami harus menjalin kerja sama dengan banyak pihak. Bonusnya, di setiap acara peringatan haul, imtihan, atau momentum lainnya, para tokoh nasional tidak segan untuk mendatangi atau memenuhi undangan kami,” pungkasnya.
Baca: Habib Ja’far Doakan Santri Ketitang Raih Keberkahan
Setidaknya, dalam dua dekade terakhir, Ponpes Ketitang Cirebon telah oleh dai kharismatik sekaligus Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masa Kidmat 2015-2020 KH Dr Manarul Hidayat pada 2008, Rais Syuriyah PBNU 2010-2015 KH DR A Hasyim Muzadi (2010), Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Ir. H. Helmy Faisal Zaeni (2011), putri sulung Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Allisa Qotrunnada Wahid (2012 dan 2013), Ketua Umum PBNU 2010-2020 Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj (2017 dan 2018), dan mantan Pemimpin Pasukan Berani Mati Gus Dur KH Nuril Arifin Husein atau Gus Nuril (2019), Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Prof. Dr. Seto Mulyadi atau Kak Seto dan Katib Syuriah PBNU KH Moqsith Ghazali pada 2023 lalu, serta Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla dan pendakwah populer Habib Husein bin Ja’far Alhadar pada 29 Juni 2024 lalu.